A.
INDIVIDU
Dalam bahasa latin individu berasal
dari kata individuum,yang artinya tak berbagi. Dalam bahasa inggris
individu berasal dari kata in dandivided. Yang artinya tidak berbagi.jadi
individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan. Manusia sebagai makhluk
individu memliki unsur jasmani dan rohani,unsur fisik dan psikis, unsur raga
dan jiwa. Seseorang dikatakan manusia individu manakala unsur-unsur tersebut
menyatu dalam dirinya.individu mengandung arti bahwa unnsur yang ada dalam diri
individu tidak terbagi. jadi sebutan individu hanya tepat bagi manusia yang
memiliki keutuhan jasmani dan rohani, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan
raga dan jiwanya.
Walaupun secara umum manusia itu
memiliki perangkat fisik yang sama, tetapi jika perhatian kita tunjukan pada
perhatian yang lebih detail, maka akan terdapat perbedaan.perbedaan itu
terletak pada bentuk, ukuran, sifat.seorang individu adalah perpaduan antara
genotif dan fenoti genotid adalah faktor yang di bawa individu sejak lahir, ia
merupakan faktor keturunan dibawa sejak lahir. berupa sifat atau karakter kita
yang mirip orang tua kita. Kalau seorang individu memiliki ciri fisik dan
karakter atau sifat yang di bawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan
karakter atau sifat yang di pengaruhi oleh faktor lingkungan (fenotipe).
faktor lingkungan ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari
seseorang. Karakteristik khas dari seseorang ini sering kita sebut dengan kepribadian.
Menurut Sumatmadja Nursyd (dalam
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR: Tahun 2005) kepribadian adalah seluruh prilaku
indivudu yang merupakan hasil interaksi antara potensi- potensi biopsikofisikal
(fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi
lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental
pskologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Setiap orang memiliki
kepribadian yang membedakan dirinya dengan yang lain, kepribadian seseorang itu
di pengaruhi oleh factor genotype dan fenotipe yang saling berinteraksi
terus-menerus selain individu, kelompok sosial yang lebih besar seperti keluarga
memiliki ciri ,karakteristik, kebiasaan yang berbeda-beda pula.
B.
KELUARGA
Keluarga adalah suatu kelompok yang
terdiri dari beberapa individu yang terikat dengan adanya hubungan perkawinan
atau darah. Keluarga yang terdiri dari Ayah, ibu dan anak biasanya di sebut
dengan keluarga inti. Keluarga ini memiliki fungsi dimana individu-individu itu
pada dasarnya dapat menikmati bantuan utama dari sesamanya,serta keamanan dalam
hidupnya.
Selain itu dalam keluarga inti,
anak-anak yang masih belum berdaya mendapat pengasuhan dan pendidikan pertama
kali, Mattewatie anna ( dalam Kuntjraningrat1990 :110) Namun menurut sebagian
masyarakat bahwa yang disebut keluarga tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan
anak akan tetapi orang yang hidup serumah bisa saja di sebut keluarga dengan
ada atau tidaknya hubungan darah.
Dalam suatu keluarga, apa lagi
keluarga itu tidak terdiri dari ayah-ibu dan anak masih ada orang lain yang
hidup bersama dalam satu rumah, maka dirasa cukup rawan konflik. Ini tentunya
dalam keluarga tersebut ada aturan-aturan tertentu yang harus di patuhi, namun
belum tentu diterima oleh anggota di keluarga inti. Pada kehidupan keluarga
inti terdapat berbagai macam norma atau aturan yang terkandung di dalamnya.
Nilai-nilai itu seperti
: keagamaan,
sopan santun (tata karma), sosialisasi, pendidikan, kejujuran dan
lainnya. Ada beberapa faktor dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,
antara lain :
1.
Agama adalah sikap
masyarakat atau kelompok manusia terhadap kekuasaan dan kekuatan mutlak yang dianggap
atau diyakini sebagiai suatu yang menentukan atau berperan menentukan
kepentingan nasib sekelompok manusia itu sendiri, yang kemudian menjadi suatu
sistem untuk mengatur antar hubungan antar manusia dengan Tuhan, dunia gaib,
dan antara manusia dan sesama manusia dengan lingkungan.
Dalam kehidupan manusia, khususnya
masyarakat Indonesia agama merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Hal
itu terbukti dengan di masukkannya keTuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama
dalam Pancasila, yang merupakan dasar Negara. Ini menujukan bahwa masyarakat
Indonesia menghargai suasana kehidupan yang bersifat keagamaan.
Dalam pendidikan agama, nilai moral
menduduki tempat yang sangat penting. Artinya pendidikan agama lebih cenderung
mementingkan nilai moral, pentingnya pendididkan agama pada kehidupan
masyarakat, sebab di dalamnya terkandung kejujuran, kebenaran, keadilan, dan
pengabdian. Bagi warga masyarakat yang beragama diharapkan dalam kehidupannya
dapat bertingkah laku secara baik ( bermoral) .Artinya orang tersebut dapat
bertingkah laku sesui dengan nilai-nilai moral yang berlaku dalam suatu
kelompok.
Nilai-nilai itu tentunya antara
kelompok satu dengan kelompok lainnya. Pada kehidupan keluarga,orang tua pada
umumnya mengharapkan supaya anaknya tumbuh dan berkembang menjadi orang yang
baik, soleh atau soleha, anak di harapkan tidak terjerumus dalam
perbuatan-perbuatan yang nista, yang dapat merugikan orang lain . Apabila
seseorang menginginkan keluarganya sejahtera, salah satunya menghindarkan diri dari
perbuatan-perbuatan amoral atau tercela dengan kata lain keluarga tersebut
tentunya dapat dengan baik melaksanakan ibadah agamanya. para orang tua pada
umumnya menyadari pentingnya pendidikan agama pada anak-anak. Hal ini
berdasarkan dari pandangan mereka terhadap agama sebagai pedoman atau tuntunan
hidup.menurut mereka apabila anak tidak mendapatkan pendidikan agama prilaku
anak cenderung sulit dikendalikan. Ini di karenakan anak tidak merasa mampunyai
beban moral, bila melakukan tindakan kurang terpuji.
2.
Tata Karma, Tata karma atau sering pula yang
disebut sopan santun adalah aturan yang berlaku dalam kehidupan atau pergaulan
dalam masyarakat, yang sudah berlaku secara turun temurun. Dengan adanya tata
krama dan sopan santun yang baik dalam pergaulan di masyarakat diharapkan akan
tercipta suatu ketenangan dan ketentraman hidup.
Di sini orang tua punya peranan yang
sangat penting, orang tua dianggap sebagai tuntunan atau panutan dari
anak-anaknya. Dalam menanamkan nilai-nilai tata krama para orang tua sering
menemui hambatan, antaranya adanya pandangan dari generasi muda, bahwa nasehat
orang tua sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa sekarang. anggapan
seperti itu sungguh sangat memprihatinkan, karena bila nasehat orang tua sudah
tidak di dengar atau di perhatikan anak, anak cenderung lepas kendali, dan bisa
berbuat semaunya sendiri.
Untuk mengatasi keadaan ini salah
satunya orang tua berusaha menanamkan adab tata karma sejak anak masih kecil,
karena anak masih kecil belum terpengaruh sehingga lebih mudah untuk di arahkan
ke prilaku yamg positif.
3.
Perlindungan, Dalam
kehidupan di masyarakat, keluarga merupakan tempat berlindung yang pertam kali
dan paling penting bagi anggotanya. secara sosial budaya keluarga sebagai
pelindung pertama bagi anak-anaknya. Anak selalu dididik, diarahkan dan
dilindungi dari pengaruh linkungan khususnya yang negative bagi perkembangan
jiwanya. semetara secara fisik keluarga berusaha melindungi atau menghindarkan
anak-anak dari serangan penyakit yang dapat mengakibatkan terganggunya
perkembangan fisik atau bahkan merenggut jiwanya.
Perlindungan non fisik bagi
perkembangan anak menurut sebagian besar masyarakat memang diperlukan.hal ini
dikarenakan jika tidak dibekali dari awal tentang masalah-masalah sosial yang
nantinya di hadapi dalam pergaulan di masyarakat, mereka khawatir anaknya
cenderung terpengaruh perilaku yang negative. Perlindunga bagi anak-anak sangat
penting dalam kehidupan suatu keluarga, dalam satu kehidupan harus ada
keterbukaan supaya anak mempunyai keberanian meminta atau mengemukakan masalah
yang sedang di hadapinya.
Dengan adanya keterbukaan, maka anak
akan merasa di lindungi. Anak merasa keluarga sebagai tempat berlindung yang
pertama. Anak merasa terayomi oleh keluarga, khususnya orang tua. Kalau
perlindungan yang dicari tidak dapat diperoleh dalam keluarga, anak akan
mencari perlindungan yang lain di luar keluarganya. Jika hal itu terjadi, orang
tua akan mengalami kesulitan untuk mengontrol perilaku anak terutama disaat di
luar rumah.
Untuk itu kalau bisa anak sejak dini
mulai diperkenalkan dengan nilai yang kiranya dapat melindungi dari perbuatan
tercela atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat supaya bisa terhindar dari hal-hal yang negative,orang tua dituntut
mampu memberikan perhatian kepada anak dan juga mampu menjadi figur yang
diteladani oleh anak.Keluarga juga sebagai pelindung terhadap perkembangan
fisik anak-anak. Pekembangan fisik yang dimaksud dalam kontek ini adalah
tentang kesehatan bagi anggota keluarganya.
4.
Keharmonisan, Harmonis sama dengan selaras atau serasi. Jadi yang dimaksud dalam kontek
ini adalah keselarasan atau keserasian hubungan antar individu didalam satu
keluarga yang terdiri dari beberapa individu. Oleh karena hubungan selaras yang
disebut harmonis ini merupakan suatu cita-cita setiap orang dalam mengarungi
kehidupan berumah tangga. Namun demikian untuk mencapai nilai ideal seperti
diatas kiranya tidaklah mudah. Sebab bagaimanapun dalam kehidupan keluarga
tidak akan lepas sama sekali dari permasalahan atau konflik. Hanya saja tinggal
bagaimana keadaan konflik tersebut, apakah hanya temporer dan mampu diatasi
atau sering bahkan menjurus ke perpecahan.
Menurut Anna Mattewatie (Dalam
matindas 1997:6) “ konflik dalam sebuah keluarga sangat diperlukan.Sebab
melalui konflik setiap pihak akan belajar mengenali individu secara lebih
mendalam. Meski begitu tidaklah semua konflik yang ditampilkan lewat berbagai
reaksi perilaku itu bermanfaat bagi kehidupan keluarga.” Dalam kehidupan
keluarga, nilai keharmonisan memang sangat perlu untuk selalu di junjung
tinggi. Konflik dalam keluarga dianggap wajar, asal tidak berlebihan dan dapat
cepat diatasi. Menurut anna mattewatie (dalam Sumbung 1993:9) “keharmonisan
atau kasih sayang mempuyai fungsi sebagai suatu perwujudan bahwa hakikatnya manusia
haruslah saling mencintai dan mengasihi sesama anggota keluarga.
Untuk itu setiap anggota keluarga
diharapkan mampu melakukan komunikasi dan mau menghargai serta saling
pengertian”. Yang lebih penting adalah kedekatan hubungan orang tua dengan anak
yang dibutuhkan anak bukan pemenuhan materi, namun pemenuhan perhatian, kasih
sayang yang diberikan orang tua kepada dirinya.keluarga yang harmonis memang
merupakan keluarga yang ideal dan dicita-citakan oleh setiap orang yang akan
atau baru melangkah kejenjang perkawinan.
5.
Reproduksi, Mempunyai anak merupakan dambaan dan prestise setiap
orang yang sudah berkeluarga. Baik orang yang tinggal di desa maupun di kota
bila sudah berkeluarga anak selalu di tunggu kehadirannya. Dengan demikian
tujuan utama orang ingin mempunyai anak adaalah alasan emosional. Banyak orang
mengganggap kehadiran anak akan menambah (memberi) suasana hangat dalam suatu
keluarga. suasana kehangatan tersebut mengakibatkan keadaan terasa damai dan
tentram. selain itu masyarakat juga beranggapan ,anak merupakan jaminan bagi
hari tua mereka. Kecuali itu ada alasan lain pada segi ekonomi, yakni mungkin
untuk melibatkan sebayak mungkin anggota keluarga dalam berbagai aktivitas
dalam rangka mencukupi kebutuhan hidup.
Apa yang dikemukakan di atas seperti
mempunyai anak dalam jumlah yang banyak, pada saat ini rupanya sudah mulai di
tinggalkan. Selain adanya anjuran pemerintah agar pasangan usia subur (PUS)
megikuti program keluarga berencana ( KB), ada beberapa alasan mengapa mereka
menghendaki keluarga kecil yaitu hanya dua atau tiga anak saja. memang pada
masa dulu banyak anak dapat meningkatkan gengsi, tetapi sekarang zamannya sudah
terbalik. Dengan alasan-alasan tertentu orang tidak lagi mengiginkan anak
banyak. untuk membatasi jumlah anak dalam satu keluarga, maka banyak pasangan
suami istri yang mengikuti program KB. Anak merupakan karunia atau titipan
tuhan yang diberikan kepada manusia (orang tua). Dengan demikian kehadiran anak
di tengah keluarga tentunya harus disyukuri. Oleh karena merupakan titipan,
maka kita harus menjaga dan merawatnya sebaik mungkin, harus bertanggung jawab
atas keselamatannya baik di dunia maupun di akhirat.
6.
Sosialisasi
dan pendidikan, Sosialisasi dan pendidikan ini menjadi fungsi yang
sangat penting, sebab dengan jumlah anak yang sedikit saja dalam masa
reproduksi, anak-anak di persiapkan menjadi generasi yang lebih baik dari
generasi yang sebelumnya. Di dalam keluarganyalah anak mendapat pendidikan dari
orang lain, mulai mengenal orang lain. Jadi proses sosialisasi anak di mulai
dari dalam lingkup keluarga terlebih dahulu. Ini dikarenakan manusia tidaklah
seperti binatang yang hidup tanpa bantuan yang lain.
Menurut soekanto manusia tidak dapat
hidup tanpa bantuan manusia lain mesti sering kali terdengar orang berupaya untuk
hidup menyendiri, namun pada akhirnya mereka pun akan kembali pada kelompok
atau keluarganya.andai kata manusia dapat hidup sendiri itu hanya sementara
waktu. Hal itu menujukan bahwa sosialisasi dan pendidikan memang sangat penting
bagi seseorang. Dengan demikian proses sosialisasi terhadap anak mempunyai
fungsi untuk mengarahkan supaya anak tersebut nantinya mampu menuju kearah
kedewasaan lahir maupun batin dan mampu pula bersikap mandiri.
Pendidikan selain digunakan sebagai
sarana mencari lapangan kerja, juga dapat berfungsi sebagai modal pergaulan
Dalam kehidupan di masyarakat, serta melatih anak agar lebih bertanggunag jawab
atau lebih mampu mandiri.Guna menambah pengetahuan anak di luar pendidikan
formalnya orang tua banyak yang berusaha mengarahkan anaknya kependidikan les.
Alasannya adalah untuk menambah pengetahuan supaya anak lebih berprestasi.
Dengan demikian orangtua berharap
anak akan mudah mencari pendidikan lanjutan. Oleh karena itu bila anak tidak
diikutkan pendidikan di luar jam sekolah, maka dianggap kurang bisa bersaing
dan nantinya mendapat kesulitan mencari sekolah lanjutan yang lebih
berkualitas. Selain pendidikan di luar jam sekolah, bekal keterampilan juga di
berikan orang tua kepada anak.Bekal keterampilan ini dimaksudkan guna mengantisipasi
masa depan anak.Hal ini melihat kenyataan dewasa ini persaingan mencari kerja
semakin tinggi.Untuk itu orang tua menjaga kemungkinan - kemungkinan yang kurang diharapkan.
Menurut HP Mulyono (dalam anna
mattewatie). Bahwa tujuan membekali keterampilan
kepada anak sebagai antisipasi apabila anak tidak mendapat pekerjaan atau
pekerjaan yang di dapat belum sesuai dengan tingkat pendidikannya, maka sang
anak dapat diharapkan menciptakan lapangan kerja sendiri sesuai bakat dan
keterampilannya.Disini orang tua merasa puas, Karena anaknya bisa mentas, mampu
mencari penghasilan walaupun tidak harus menjadi pegawai, namun disektor lain.
Nilai - nilai budaya Dalam keluarga
sejahtera Di dalam sebuah masyarakat yang pernah di kenal, hampir semua orang
hidup terikat dalam jaringan kewajiban dan hak keluarga yang disebut hubungan
peran (rule relation).
Seseorang disadarkan akan adanya
hubungan peran tersebut, karena proses sosialisasi yang sudah berlangsung sejak
masa anak-anak, yaitu suatu proses dimana dia belajar mengetahui apa yang
dikehendaki oleh aggota keluarga lain, yang akhirnya menimbulkan kesadaran
tentang kebenaran yang dikehendaki. Karya etika dan moral yang tertua,
menerangkan bahwa masyarakat kehilangan kekuatan jika anggotanya gagal dalam
melaksanakan tanggung jawab keluarganya. Confusius umpamanya berpendapat, bahwa
kebahagiaan dan kemakmuran akan tetap ada dalam msayarakat jika semua orang
bertindak “benar” sebagai anggota keluarga dan menyadari bahwa
orang harus mentaati kewajibannya sebagai anggota masyarakat.( William,
1985;1).
Kedudukan utama setiap keluarga
ialah fungsi perantara pada masyarakat.sebagai hubungan pribadi dengan sturktur
social yang lebih besar. Suatu masyarakat tidak akan bertahan jika kebutuhannya
yang bermacam-macam tidak dapat dipenuhi, seperti umpamanya produksi atau
makanan. Oleh karena keluarga itu sendiri terdiri dari pribadi-pribadi, tetapi
merupakan bagian dari jaringan social yang lebih besar.Oleh sebab itu seseorang
selalu dalam pengawasansaudara-saudaranya.yang merasa bebas untuk mengkritik,
menyarankan ,memerintah, membujuk, merayu, memuji, bahkan mengancam agar orang
itu melakukan kewajiban yang telah di bebankannya.( William,1985;4).
Keluarga mempunyai beberapa ciri
yang mempermudah proses sosialisasi. Keluarga dapat bertahan lama karena secara
biologis manusia mempunyai hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan makhluk
lain, serta adanya ikatan-ikatan antar anggotanya. Hal demikian memberikan
kesempatan luas untuk meneruskan tradisi kebudayaan kepada anak-anaknya.
Hubungan keluarga (khusus nya ibu dan anak) secara emosional sangat erat, ini
tentunya mempermudah proses pedidikan (sosialisasi).
Selain itu adanya pola kekuasaan
jiga memberikan kekuatan pada apa yang dipelajari,yaitu kekuasaan dan kekuatan
yang lebih besar dimiliki oleh orang tuamembut peljaran yang diberikan lebih
berkenan bagi anal-anaknya,(William, 1985:37). Namun demikian dimasa sekarang
dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesatnya, mengakibatkan
aktivitas manusia semakin meningkat. Jumlah penduduk yang terus bertambah da
biaya hidup yang semakin meningkat pula, dibarengi dengan tingkat persaingan
mencari kesempatan kerja semakin ketat. Hal ini mendorong orang untuk
meklakukan efisiensi, termasuk didalam membemtuk keluarga dengan jumlah anggota
yang tidak terlalu banyak ( keluarga kecil).
C.
MASYARAKAT
Hubungan di lingkungan masyarakat
yang terjalin dengan baik merupakan hasil dari hubungan yang baik
antara individu dengan individu dan di dalam hubungan keluarga. Sama
seperti keluarga, masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan segala hal
yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial. Individu pun tidak akan bisa
berjalan dengan baik tanpa adanya masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan
individu yang mengadakan kesepakatan bersama untuk secara bersama-sama
mengelola kehidupan.
Terdapat berbagai alasan mengapa
individu-individu tersebut mengadakan kesepakatan untuk membentuk kehidupan
bersama. Alasan-alasan tersebut meliputi alasan biologis, psikologis, dan
sosial. Pembentukan kehidupan bersama itu sendiri melalui beberapa tahapan
yaitu interaksi, adaptasi, pengorganisasian tingkah laku, dan terbentuknya
perasaan kelompok. Setelah melewati tahapan tersebut, maka terbentuklah apa
yang dinamakan masyarakat yang bentuknya antara lain adalah masyarakat pemburu
dan peramu, peternak, holtikultura, petani, dan industri.
Di dalam tubuh masyarakat itu
sendiri terdapat unsur-unsur persekutuan sosial, pengendalian sosial, media
sosial, dan ukuran sosial. Pengendalian sosial di dalam masyarakat dilakukan
melalui beberapa cara yang pada dasarnya bertujuan untuk mengontrol tingkah
laku warga masyarakat agar tidak menyeleweng dari apa yang telah disepakati
bersama. Walupun demikian, tidak berarti bahwa apa yang telah disepakati
bersama tersebut tidak pernah berubah. Elemen-elemen di dalam tubuh masyarakat
selalu berubah di mana cakupannya bisa bersifat mikro maupun makro.
Apa yang menjadi kesepakatan bersama
warga masyarakat adalah kebudayaan, yang antara lain diartikan sebagai
pola-pola kehidupan di dalam komunitas. Kebudayaan di sini dimengerti sebagai
fenomena yang dapat diamati yang wujud kebudayaannya adalah sebagai suatu
sistem sosial yang terdiri dari serangkaian tindakan yang berpola yang bertujuan
untuk memenuhi keperluan hidup. Serangkaian tindakan berpola atau kebudayaan
dimiliki individu melalui proses belajar yang terdiri dari proses
internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Hubungan antara masyarakat dan
individu dapat digambarkan sebagai kutub positif dan kutup negatif pada aliran
listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan mampu memberi kekuatan
baginya dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika individu dan masyarakat
dipersatukan maka kehidupan individu dan masyarakat akan lebih bergairah dan
suasana kehidupan individu dan kehidupan masyarakat akan lebih bermakna dan
hidup serta bergairah.
Dapat disimpulkan
bahwaHubungan individu dan masyarakat menurut paham individualistis. Individualisme suatu paham yang
menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang individu kepentingan dan kebutuhan
individu yang lebih penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Individu
yang menentukan corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani
kepentmgan individu. Individu mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh
dirampas oleh masyarakat demi kepentingan umum.
Paham individualisme juga
disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan antara
individu itu seperti hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul.
Oleh karena itu hubungan in bersifat lahiriah. Bukan kesatuan yang penting
tetapi keaneka ragaman yang penting dalam masyarakat.
Pandangan individualistis ini yang
otomistis ini berakar pada nominalisme suatu aliran filsafat yang menyatakan
bahwa konsep-konsep umum itu tidak mewakili realitas dari sesuatu hal. Yang
menjadi realitas itu individu. Realitas masyarakat itu ada karena individu itu
ada. Jika individu tidak ada maka masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya
individu itu tidak tergantung pada adanya masyarakat.
Dapat
disimpulkan bahwa semua itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Jika
tidak ada individu maka tidak akan terciptanya keluarga dan masyarakat
.individu tidak bias berjalan sendiri tanpa adanya keluarga dan masyarakat
karena keluarga dan masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan aspek
sosialnya. Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari
kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih
kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah,
ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi,
demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah
anak dapat lebih dari satu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar